Jakarta Teka-teki kematian Raden Andante Khalif slot qris Pramudityo alias Dante (6), si kecil penggiat seni Tamara Tyasmara, mulai menemui titik terang. Dalih tersangka Yudha Arfandi alias YA (33), pacar dari Tamara Tyasmara, yang mengaku menenggelamkan Dante untuk melatih pernafasan, ternyata penuh kejanggalan.
Hal itu menurut pengamatan Albert Sutanto, pelatih renang dari PB Akuatik yang menjadi saksi spesialis dalam kasus kematian Dante. Albert Sutanto telah dimintai keterangan oleh penyidik sesudah diminta mengevaluasi tindakan YA yang terekam dalam CCTV.
“Saya di-BAP sebagai saksi spesialis. Maksudnya dengan memperhatikan rekaman selama 2 jam 32 menit CCTV-nya itu seperti apa. Enggak ada prosedur yang benar yang dilaksanakan oleh saudara Yudha (YA) itu,” ujar Albert terhadap wartawan, Kamis (22/2/2024).
Albert mengevaluasi dalih YA menenggelamkan Dante untuk melatih pernafasan, tidaklah tepat. Khususnya, Dante yang masih berusia 6 tahun tidak sepantasnya menerima latihan seperti dilaksanakan YA.
Dikenal, Dante sempurna ditenggelamkan YA sebanyak 12 kali dengan waktu yang bervariasi di kolam 1,5 meter. Waktunya berdurasi mulai dari 14 detik, 24 detik, 4 detik, 2 detik, 26 detik, 4 detik, 21 detik, 7 detik, 17 detik, 8 detik, 26 detik, dan yang terakhir tubuh korban dibenamkan ke dalam kolam selama 54 detik.
“Fungsinya pada dikala belajar berenang itu kan bukan seberapa lama dia dapat bertahan di air, tapi justru dia seharusnya dapat dengan jangka waktu tertentu untuk memegang nafas itu. Karena berenang itu kan seharusnya mengambil nafas terus, tentu agar suplai oksigen ke ototnya itu juga lancar,” kata Albert.
“Jika semenit ya kita yang perenang aja separuh mati, apalagi dia (si kecil kecil). Dan tidak digunakan juga di lomba manapun. Itu kampiun dunia saja hanya bertahan di 50 meter ya, 50 meter itu dituntaskan dalam kurun waktu antara 21-24 detik. Itu untuk atlet,” tambahnya.
Dari rangkaian itu, Albert bahkan merasa banyak hal janggal di luar prosedur dari tindakan YA yang menenggelamkan Dante dengan dalih berkeinginan melatih pernafasan. Karena, tindakan itu dilaksanakan tanpa persiapan ambil nafas.
“Kita seharusnya beri aba-aba, yang pertama untuk persiapan. si kecil ini seharusnya bersiap-siap untuk ambil nafas, ambil nafas dulu yang dalam. Baru, satu, dua, tiga kita tenggelamkan. Jadi si kecil itu dalam kondisi yang siap. Dan seharusnya berhadapan, face to face,” ujar Albert.