motor listrik

Pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai www.restaurantesantaclara.com upaya dan strategi guna mengakselarasi kendaraan listrik. Salah satunya dengan mendorong program standarisasi baterai motor listrik. Dijelaskan Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita, pihaknya menantang para pelaku usaha industri produsen roda dua listrik, bagaimana bisa melakukan standarisasi baterai.

“Kami ingin membuat masyarakat sebagai calon konsumen bisa lebih nyaman dengan adanya standarisasi (baterai),” jelas Agus, saat ditemui di IMOS+ 2023, di ICE, BSD City, Tangerang, Banten. Sementara itu, pemerintah sendiri sudah memberikan arahan untuk melakukan komunikasi dengan para produsen sepeda motor listrik.

“Cepat atau lambat, kita harus punya standar dari motor listrik,” tegasnya. Agus juga menyampaikan, standarisasi baterai yang dimaksud, akan fokus kepada konstruksi baterai, mulai dari segi perakitan komponen hingga jenis sel yang digunakan. Dengan mulai seragamnya baterai di Indonesia ini, industri otomotif, khususnya di sektor roda dua listrik akan bisa semakin berkembang dan menyerap tenaga lokal.

Jarak Tempuh Masih Jadi Penghambat Pertumbuhan Motor Listrik di Indonesia

Pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia terbilang cukup masif, terlebih untuk sepeda motor bertenaga baterai. Bahkan, berdasarkan riset  bertajuk An Electric Revolution: The Rise of Indonesia’s E-Motorcycle, penggunaan roda dua listrik di Tanah Air, mengalami lonjakan signifikan selama 2 tahun terakhir, bertumbuh sebesar 15 kali lipat dari 2020 hingga 2022.

Dijelaskan Agus Tjahajana, Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan pertumbuhan yang cukup menjanjikan ini, masih ada beberapa hambatan terkait peralihan penggunaan sepeda motor listrik.

“Beberapa hambatan motor listrik yang saya temui yaitu termasuk adopsi, standarisasi baterai dan jarak tempuh yang terbatas,” jelas Agus, dalam diskusi panel, yang diselenggarakan di Enery Building, SCBD, Jakarta Pusat, Selasa (12/9/2023). Lanjut Agus, hambatan tersebut bisa diatasi atau dikurangi dengan sistem swapping baterai. Bahkan, hal itu juga mampu mempercepat transisi dan adopsi motor listrik di Tanah Air.

“Maka dari itu, kita perlu swap station yang tersebar di berbagai titik untuk kenyamanan penggunanya. Kita tidak dapat membandingkan motor listrik dengan motor bensin yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu,” tegas Agus.

Dukungan Dari Berbagai Pihak Yang Terkait

PT PLN (Persero) mendukung upaya pemerintah dalam standardisasi infrastruktur pendukung kendaraan listrik yang tergabung dalam sistem battery asset management services (BAMS). Ini salah satu upaya untuk mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

BAMS merupakan manajemen sistem yang mengintegrasikan antara infrastruktur fisik berupa baterai dan stasiun penukaran baterai dengan sistem digital menjadi seragam. Penyeragaman ini ditandai dengan kerja sama yang diteken antara Indonesia Baterai Corporation (IBC) dengan lima produsen motor listrik dan dua bengkel konservasi di Kantor Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, pada 12 Juni lalu.

Indonesia Battery Corporation adalah inisiasi pemerintah untuk merealisasikan Indonesia sebagai produsen baterai kendaraan listrik global. Holding IBC terdiri dari Mining Industry Indonesia (Mind ID), Aneka Tambang (Antam), Pertamina, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Dalam kesempatan itu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, langkah kerja sama antara BUMN dan pihak swasta ini mewujudkan kolaborasi yang baik untuk mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Ia menilai, kematangan infrastruktur kendaraan listrik menjadi faktor utama untuk percepatan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Baca Juga : Aksi Greenpeace Indonesia Tolak Oligarki Di Kawasan Bundaran HI

“Saat berbicara tentang kendaraan listrik, kita tidak hanya berbicara tentang kendaraannya, melainkan seluruh ekosistem pendukungnya, mulai dari baterai, hingga infrastruktur pendukung seperti stasiun penukaran baterai (swap station) dan stasiun pengisian listrik  (charging station),” ujar Luhut.

Luhut menyambut baik kerja sama antara IBC dengan produsen motor listrik seperti Gesits, Volta, ALVA, VIAR, dan United juga Bengkel Konversi Bintang Racing Team dan Spora EV untuk melakukan penyeragaman standardisasi baterai dan infrastruktur pendukung lainnya. Kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan keinginan masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik.

Luhut menegaskan, standardisasi menjadi kunci dari ekosistem yang akan dikembangkan oleh IBC ke depan. Adopsi dari standardisasi akan memerlukan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh para pelaku usaha. Kerja sama ini akan mempercepat pencapaian target Indonesia dalam pengurangan emisi karbon dan ketergantungan atas bahan bakar fosil.